Format Sultra Demo PT. Vale dijakarta

Jakarta, Mining Engineering Blog - Forum Masyarakat Tambang Sulawesi Tenggara (FORMAT) Sultra dan beberapa elemen mahasiswa lainnya demo di tugu Patung Kuda serta Monas Jakarta. Mereka menuntut PT Vale Indonesia hengkang dari Sulawesi Tenggara.

Format Sultra


Ketua tim monitoring dan kampanye FORMAT Sultra, Israfil melalui siaran persnya kepada wartawan menjelaskan, aksi diikuti Ikatan Mahasiswa Teknik Pertambangan Sultra (IMTPS), Pusat Studi Sosial Masyarakat dan Ikatan Mahasiswa Pemuda Sultra di Jakarta.

"Kami memang menolak keberadaan PT.Vale di Sultra karena dinilai melakukan pembodohan dan pembohongan kepada pemerintah dan masyarakat dengan janji janji membangun pabrik tapi sampai saat ini tidak pernah terwujud," teriak massa Format Sultra.

Menurut FORMAT, PT Inco yang sekarang sudah berubah jadi PT Vale Indonesia dan sudah menguasai lahan tambang di Sultra sejak 47 tahun silam tetapi hingga kini lahan tambang itu dibiarkan jadi lahan tidur tanpa diolah Vale selaku Pemegang Izin Pertambangan.

"Kami masyarakat dan pemerintah Sultra hanya dijanji janji terus tanpa ada wujudnya. Kami konsisten perjuangkan penolakan terhadap PT Vale dan berhenti melakukan segala aktivitas yang terus menerus membodohi rakyat Sultra," ujar Israfil.

Ditempat terpisah Ketua FORMAT Sultra, Faisal mengatakan akan tetap mengawal aksi penolakan ini hingga perusahaan itu mendirikan pabrik pemurnian nikel seperti di daerah Soroako Kabupaten Luwu Timur. 

Sumber : http://upeks.co.id/sulsel-membangun/format-sultra-demo-vale-di-jakarta.html

Metode Perhitungan Cadangan Emas

Dalam Perhitungan Cadangan Emas ada banyak metode yang bisa digunakan diantaranya adalah Metode Penampang dan Metode Isoline.

Metode Penampang

Metoda ini digunakan dengan cara sebagai berikut :
·    Membuat irisan-irisan penampang melintang yang memotong endapan yang akan dihitung.
·  Dari masing-masing penampang dihitung terlebih dahulu luasan endapan pada masing-   masingendapan.
·    Setelah luasan dihitung, maka digunakan rumusan perhitungan cadangan emas pada metoda penampang.
Beberapa rumusan dalam metoda penampang dapat diuraikan sebagai berikut :

 Rumus mean area

Digunakan untuk endapan yang mempunyai geometri teratur (luasan masing-masing penampang tidak jauh berbeda
Metode Perhitungan Cadangan Emas

Rumus mean area : 
dimana ; S1 & S2 = luas penampang
L = jarak antar penampang
V = volume

Rumus Prismoida

Digunakan untuk endapan yang mempunyai geometri tidak teratur (luasan masing-masing penampang tidak teratur.
Metode Perhitungan Cadangan Emas
Rumus prismoida :
dimana ; S1 & S2 = luas penampang ujung
m = luas penampang tengah
L = jarak antara S1 & S2
V = volume

Rumus Kerucut Terpancung

Digunakan untuk endapan yang mempunyai geometri seperti kerucut yang terpancung pada bagian puncaknya.

Metode Perhitungan Cadangan Emas

Rumus kerucut terpancung :  
dimana ; S1 & S2 = luas penampang atas dan bawah
L = jarak antara S1 & S2
V = volume

Metoda Isoline

Metoda ini sangat praktis diterapkan pada endapan-endapan dalam (hipogen), dimana ketebalan dan kadar sekaligus berubah dengan mengecil ke tepi tubuh bijih.
Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luasan daerah yang terdapat di dalam garis kontur, dan selanjutnya dapat diketahui kadar rata-rata dari badan bijih emas tersebut, melalui persamaan :




dimana;

g0 = kadar minimum bijih
g = interval kontur kadar (konstan)
A0 = luas tubuh bijih dengan kadar g0 atau lebih besar
A1 = luas tubuh bijih dengan kadar g0+g atau lebih besar
A2 = luas tubuh bijih dengan kadar g0+2g atau lebih besar, dst
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut :

Metode Perhitungan Cadangan Emas

maka kadar rata-rata adalah :


 Sekian dulu postingan Metode Perhitungan Cadangan Emas kali ini 
sahabat Miners blogger
Semoga bermanfaat Buat kalian semua 

Emas Dan Metode Pengolahannya

 Emas

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (aurum) dengan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang mengkilap dan berwarna kuning. Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya dan melebur pada suhu 1000 (Klein,1985:25).
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5-3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi (Sutardi,2006:99).

Di bumi, umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam yang terdapat dalam retakan-retakan batuan kuarsa dan dalam bentuk mineral. Emas juga ditemukan dalam bentuk alluvial yang terbentuk karena proses pelapukan batuan yang mengandung emas (gold bearing rocks) (Huheey,1993:106).
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikategorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser (Smith,1990:79).
Bijih emas mengandung perak (10-15%), sedikit tembaga, besi, logam Bi, Pb, Sn, Zn, dan platinum dalam jumlah kecil. Dalam bijih emas mensona, kandungan emas sekitar 1,20 gram per ton bijih, tembaga sekitar 0,99% per ton bijih, dan perak 2,32 gram per ton bijih (Adam,2005:90).
Pada industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasi batuan bijih emas. Batuan bijih emas yang layak dieksploitasi sebagai industri tambang emas mengandung 25 gram/ton emas. Metode isolasi emas yang saat ini banyak digunakan untuk keperluan eksploitasi emas skala industri adalah metode sianida dan metode amalgamasi (Adamson,1997:89).
Pertambangan emas pertama kali dilakukan di daerah alluvial, dengan metode pengolahan emas cara gravitasi atau cara amalgamasi dengan air raksa. Sejak tahun 1860 kegiatan pertambangan bawah tanah dilakukan untuk endapan primer dengan metode sianida. Perkembangan selanjutnya dengan menggunakan metode flotasi yang dilakukan pada tahun 1930. Sementara pada tahun 1960 diterapkan metode heap leaching untuk mengolah bijih emas dengan kadar rendah. Metode yang sering dilakukan untuk ekstraksi (pemisahan) emas adalah metode sianida dan metode amalgamasi (Lee,1994:386).
Proses sianida terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses sianidasi adalah NaCN, KCN, Ca(CN)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sederhana digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya, yang dilakukan dengan pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (zinc precipitation). Penggunaan serbuk Zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk Zn yang ditambahkan kedalam larutan akan mengendapkan logam emas dan perak (Greenwood,1989:245).
Prinsip pengendapan ini berdasarkan deret Clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan urutan aktivitas elektrokimia dari logam-logam dalam larutan sianida yaitu Mg, Al, Zn, Cu, Au, Ag, Hg, Pb, Fe, dan Pt. Setiap logam yang berada di sebelah kiri dari ikatan kompleks sianida dapat mengendapkan logam. Jadi tidak hanya Zn yang dapat mendesak Au dan Ag, tetapi juga Cu dan Al dapat dipakai. Karena harga logam Cu dan Al lebih mahal sehingga untuk mengekstraksi Au digunakan logam Zn. Proses pengambilan emas-perak dari larutan dengan menggunakan serbuk Zn disebut “Proses Merill Crowe” (Bertrand,1985:290).
Sedangkan amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk amalgam (Au-Hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah. Amalgamasi merupakan proses yang paling efektif untuk mengekstraksi bijih emas dengan kadar tinggi dan berukuran > 74 mikron dalam mendapatkan emas murni yang bebas (free native gold). Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan maka akan terurai menjadi air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksa akan menguap dan Au-Ag tetap tertinggal di dalam retort (Kurnia,2011:26).  

 Metode Pengolahan Emas

Berbagai cara bisa dilakukan dalam pengolahan emas, mulai dari cara yang sangat tradisional dengan menggunakan dulang atau alat seperti kuali yang nantinya akan diisikan tanah atau bebatuan yang berisikan logam emas lalu digoyang-goyang sehingga nantinya logam emas akan tertinggal di dasar dulang. Proses ini sangat dipengaruhi oleh massa jenis logam tersebut. Cara ini biasanya digunakan untuk mengolah emas yang bersifat aluvial.
Selain itu ada juga yang menggunakan metode sluice box atau dompeng. Alat ini juga memanfaatkan massa jenis dari logam emas itu sendiri. Cara kerja dari alat ini yaitu dengan menyedot pasir dan bebatuan yang ada di dasar sungai lalu mengalirkannya pada jalur yang telah di lengkapi dengan serat atau karpet, sehingga emas akan mengendap pada serat atau karpet tersebut.
Adapun metode pengolahan emas yang menggunakan zat kimia yaitu metode amalgamasi dan metode sianidasi. Dalam penelitian ini akan dibahas pengolahan emas atau ekstraksi emas dengan metode amalgamasi.
Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampurkan bijih emas dengan raksa (Hg). Dalam proses ini akan terbentuk ikatan senyawa antara emas, perak, dan raksa yang biasa dikenal sebagai amalgam (Au-Hg). Raksa akan membentuk amalgam dengan logam lain selain besi dan platina.
Teknik penambangan ini memanfaatkan putaran yang diberikan oleh drum sehingga batuan akan hancur dan raksa akan mengikat senyawa emas yang terkandung dalam batuan tersebut. Proses amalgamasi biasanya digunakan untuk mengekstraksi emas dalam butiran kasar.
Pada proses penambangan dibutuhkan peralatan sederhana seperti cangkul, sekop, pahat, linggis, palu, genset, ember, timba (golen), tali tambang, pompa air, blower, kayu penyangga, sepatu tambang, helm tambang, dan peralatan lainnya. Namun, dalam pengolahan bijih emas primer dibutuhkan beberapa peralatan penting, yaitu :
1.     Tabung amalgamasi (gelundung), sebagai tempat menggerus batuan sekaligus berfungsi sebagai tempat amalgamasi.
2.     Kincir air atau genset yang berfungsi sebagai penggerak tabung amalgamasi.
3.     Batang besi baja atau rod sebagai alat penggerus batuan.
4.     Larutan raksa berfungsi untuk mengikat emas.
5.     Kapur berfungsi untuk mengatur pH.
6.     Air untuk mendapatkan persentase padatan antara 30-60%.
7.     Dulang berfungsi sebagai tempat untuk memisahkan larutan raksa yang telah mengikat emas dan perak (amalgam) dengan sisa hasil pengolahan (tailing).
8.     Emposan yaitu alat untuk membakar amalgam sehingga didapatkan paduan (alloy) emas dan perak.
Dengan bahan tersebut, proses amalgamasi (ekstraksi) emas dapat dilakukan. Dalam proses ini dilakukan beberapa tahap untuk mendapatkan paduan emas dan perak, tahapannya antara lain :
a.  Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan gravitasi konsentrasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas tersingkap.
b.  Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah raksa (amalgamasi) yang dilakukan selama + 1 jam.
c.   Hasil dari proses ini berupa amalgam basah (pasta) dan tailing. Amalgam basah kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk pemisahan raksa dengan amalgam.
d.  Amalgam yang diperoleh selanjutnya dilakukan pemerasan (squeezing) dengan menggunakan kain untuk memisahkan raksa dari amalgam (filtrasi). Raksa yang diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah raksa yang tersisa dalam amalgam tergantung pada seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan mengandung 60-70% emas, sedangkan amalgam yang disaring dengan alat sntrifugal mengandung emas sampai >80%.
e.  Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan raksa, sehingga yang tertinggal berupa alloy emas dan perak.
Setelah mendapatkan alloy emas dan perak, selanjutnya dilakukan pemurnian emas untuk mendapatkan emas murni, langkah ini disebut dengan tahap refining. tahap refining adalah proses memisahkan emas dan perak dengan melarutkannya dalam larutan HNO3 atau larutan H2SO4. Tahap refining ini dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode cepat dan metode lambat. Pada metode cepat, dilakukan secara hidrometallurgy yaitu dengan cara melarutkan paduan alloy dalam larutan HNO3 yang kemudian ditambahkan garam dapur untuk mendapatkan perak, sedangkan emas yang masih tercampur dengan HNO3 bisa dipisahkan dengan menyaring larutan karena tidak larut dalam HNO3. Pada metode lambat, dilakukan secara hidrometallurgy dan electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan H2SO4 dan plat tembaga dimasukkan ke dalam larutan. Paduan alloy juga dimasukkan ke dalam campuran larutan H2SO4 dan plat tembaga, selanjutnya akan terjadi proses hidrolisis dimana perak akan larut dan menempel pada plat tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas), sedangkan emas mengendap di dasar larutan sehingga bisa disaring dan dibakar untuk mendapatkan logam emas murni. Langkah terakhir yaitu dilakukan tahap smelting yaitu peleburan emas dan perak, sehingga diperoleh logam emas murni berupa padatan.

  Dampak Negatif  Merkuri

Merkuri (air raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu - batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik. Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan berwarna abu-abu, tidak berbau dengan berat molekul 200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen bromida dan hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid. Tidak tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah terbakar, logam, asam, logam carbide dan amine.
Merkuri dalam kadar rendah umumnya telah beracun bagi hewan, tumbuhan dan manusia. Merkuri sangat berguna bagi pertumbuhan kebutuhan biologis. Namun dalam kadar berlebihan akan bersifat racun.  Sehingga pada saat ini alat-alat kedokteran seperti termometer tidak menggunakan merkuri lagi.
Merkuri sangat berbahaya karena sifat mengikatnya. Bila merkuri tercampur dengan perairan laut, maka merkuri tersebut akan mengikat klor dan membentuk HgCl. Selanjutnya HgCl dengan mudah akan masuk kedalam tubuh plankton dan akan berpindah kebiota laut lain. Merkuri anorganik (HgCl) akan berubah menjadi merkuri organik (metil merkuri) oleh peran mikroorganisme yang terjadi pada sedimen dasar perairan. Merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa organo-merkuri. Senyawa organo-merkuri yang paling umum adalah metil merkuri yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam air dan tanah. Mikroorganisme kemudian termakan oleh ikan sehingga konsentrasi merkuri dalam ikan meningkat. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan sangatlah tinggi. Sehingga merkuri yang terkandung dalam ikan tersebut akan mudah berpindah ke tubuh manusia dan juga akan merusak pada manusia.
Oleh karena itu limbah merkuri yang dihasilkan pada penambangan emas rakyat tidak boleh langsung dibuang ke sungai. Limbah harus di endapkan terdahulu di kolam pengendapan sehingga kadar Hg yang tinggi bisa berkurang.
Selain itu kadar Hg dalam air sungai akan merusak biota hidup air di sungai. Merkuri akan meracuni air yang dimasukinya, sehingga akan membunuh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Merkuri juga merubah kelas air yang ada di alam ini. Contohnya saja air kelas satu yang biasanya digunakan untuk air minum masyarakat. Bila disekitar air tersebut terdapat penambangan emas rakyat, maka secara otomatis air yang ada disana akan tercemar. Air kelas satu yang memiliki kualitas bagus akan dengan mudah berubah menjadi air kelas tiga bahkan empat yang tidak akan bisa kembali ke setuasi awalnya.
Sangat banyak kerugian yang diakibatkan merkuri tersebut. Tidak hanya pada alam saja, tetapi juga berdampak kepada manusia. Banyak sekali penyakit pada manusia yang disebabkan oleh merkuri tersebut. Diantaranya adalah :
1.   Toksisitas yaitu penyakit gangguan sistem pencernaan dan sistem syaraf yang disebabkan kontak langsung dengan merkuri. Biasanya penderita akan merasa tidak nyaman, kesakitan, bahkan kematian.
2.    Akumulasi Hg dalam tubuh dapat menyebabkan tremor, parkinson, gangguan lensa mata berwarna abu-abu, serta anemia ringan, dilanjutkan dengan gangguan susunan syaraf yang sangat peka terhadap Hg dengan gejala pertama adalah parestesia, ataksia, disartria, ketulian, dan akhirnya kematian.
3.    Wanita hamil yang terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan pada otak janin sehingga mengakibatkan kecacatan pada bayi yang dilahirkan.
4.   Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan presipitasi protein, merusakmukosa saluran pencernaan, merusak membran ginjal maupun membran filter glomerulus.
5.   Merkuri juga menyebabkan penyakit kulit seperti gatal-gatal bahkan kanker kulit. Kanker kulit sangat sering teradi saat ini. Hal ini di sebabkan karena beberapa merk kosmetik memakai merkuri sebagai bahan baku pembuatan kosmetik tersebut. Biasanya, kosmetik yang memakai bahan baku merkuri adalah pada pembuatan kosmetik pemutih kulit. Proses pemutihan kulit dengan menggunakan merkuri memang relatif cepat. Namun, jika pemakaian dihentikan atau pemakaian dalam jangka penjang akan menyababkan kanker kulit.
Sangat banyak dampak negatif yang diakibatkan merkuri tersebut. Penggunaan merkuri pada penambangan emas tidak hanya merugikan kepada pekerja tambang tersebut, namun juga berdampak kepada alam dan masyarakat sekitar penambanggan.

AutoCAD 3D Tutorials Quick Start Series

Need To Learn AutoCAD In A Hurry?
We’ve trimmed the fat that other AutoCAD training courses use to ‘Fatten Up’ their tutorials to add content, our AutoCAD Video Tutorials cover everything you need to get started quickly. Guaranteed. 

Chapter 01 – 2 Lessons

This chapter introduces 3D basics. Discussed first are the concepts of axes, planes and faces, followed by the 3D drafting/modeling tools including toolbars, workspaces and the 3D Ribbon. How to enter and exit 3D is discussed next, as well as how to project into 3D via rotation of the UCS icon. Extrude is introduced next as the primary 3D tool. Dynamic views are discussed next, as well as various visual styles such as shade and hide. The chapter concludes with the introduction of the ViewCube and Navigation Bar.

Chapter 02 – 3 Lessons

This chapter introduces a wide variety of 3D tools needed for basic construction. Discussed is Rotate3D, 3D Rotate (with Gizmo), Mirror 3D, 3D Array, 3D Scale, 3D Move, and fillet/chamfer in 3D. The chapter features two projects, a 3D chair and bookshelf.

Chapter 03 – 2 Lessons

This chapter introduces Boolean Operations (Union, Subtract, Intersect) that allow for complex interaction between 3D pieces. The chapter features a 3D drawing project of a wall with a door and a window. Next the chapter moves on to introducing the basic primitives shapes (Box, Wedge, Cone, Sphere, Cylinder, Torus, Pyramid) and presents some applications.

Chapter 04 – 4 Lessons

This chapter introduces advanced “curved design” tools (Revolve, Shell, Taper, Loft, Path Extrusion and Sweep). Applications and examples are included as needed. This chapter features a small 3D modeling project of a tapered, shelled and filleted wastebasket.

Chapter 05 – 2 Lessons

This chapter continues where the previous one left off and introduces more advanced 3D design tools (Polysolid, Helix, 3D Path Array, and working with Faces and Edges).

Chapter 06 – 2 Lessons

This chapter introduces legacy surfaces such as Planar Surface, Region, Rulesurf, Tabsurf, Revsurf, Edgesurf and 3D face and mesh. It then continues on to more recently introduced tools such as Smooth Mesh Primitives, Mesh Smoothing, Face Move and Rotate, Collapse Face or Edge, Convert Solid to Surface and Section Planes.

Chapter 07 – 3 Lessons

This chapter introduces and covers the concepts of sectioning and presenting views. Included are the two basic approaches called slice and section. Then a variety of view creation concepts are covered for purposes of making 2D views from 3D models. Included are Base, Projected, Section, and Detail views. The chapter concludes with additional layout options and Flatten/Flatshot, used to make flat images from 3D models. The final topic is the concept of Vports.

Chapter 08 – 2 Lessons

This chapter elaborates further on the UCS tool first seen in Chapter 21. Advanced UCS techniques are discussed such as 3 Point UCS placement as well as view presets. Text and Dimensioning in 3D is also touched upon. This chapter features and advanced modeling project of a racing car suspension.


Chapter 09 – 4 Lessons

This chapter introduces advanced Dview options, working with Cameras, Walk and Fly navigation, and Path Animation.

Chapter 10 – 2 Lessons

This chapter introduces the basics of lighting (Spotlight, Point Light, etc) and shadows. It then moves on to the Sun and Sky concept, Material Applications and Rendering.

Information about delivery of the AutoCAD 3D Tutorials.



How to Use The Garmin Software BaseCamp Manual

Learn how to use the Garmin  software BaseCamp Manual the easy way – guaranteed.

You already use BaseCamp® but some parts have been too complicated for you to handle?
You do not know how to save your map to your unit?
You still have to juggle a lot of those small micro-SD cards to be able to see and find the correct map?
You are still getting lost, even while using your GPS because you are not getting the right information?
You have trouble with your routes loaded to the gps?

New: Now With Chapter Introduction To Mac OS


The currently available version of the Base Camp Manual is:

BaseCamp Manual 4.3.4 – Changes:
  • New Chapter Mac OS: BaseCamp Introduction and Settings.
  • New Chapter: Active Routing
  • New Chapter: Device Transfer Settings.
  • New Chapter: Remove Shaping Points from Routes
  • Show Device Information
  • The BaseCamp Manual is grown to 176 pages.
BaseCamp Manual 4.2.2 – Changes:
  • New Structure of Menu
  • New Chapter: Cloud Storage.
  • New Chapter Map Mistake
  • Completely new translated and layouted.
BaseCamp Manual 3.3
  • New description of MapInstall
  • Downloading a BirdEye Image
  • The BaseCamp Manual is grown to 98 pages.

Information about delivery of the BaseCamp Manual.



News Miner - How To Profit From Trading The News

News Miner has been designed to scan the Internet for breaking market news and information, then rank it according to importance

Here is the view of the News Miner :





if you want to know more about Miner news please visit the following link  



Penemu Pertama Tambang Emas Bombana SULTRA Perlu diabadikan

Penemu Pertama Tambang Emas BombanaBudi (40) perlu diberi penghargaan, yaitu namanya diabadikan sebagai orang pertama yang menemukan lokasi Tambang Emas di Sungai Tahi Ite wilayah Kabupaten Bombana. 
Artinya tambang emas Sungai Tahi Ite itu diabadikan nama Budi sebagai penemu Emas pertama di lokasi tersebut. Jadi Lokasi tersebut bernama Sungai Tahi Ite Budi misalnya, kata Ketua Lembaga Penelitian Pembinaan Masyarakat (LP2M) Ny Hj Metty Djamaluddiun Safa\'a kepada Pelita, Senin (19/1).
Menurut Ny Hj Metty, sudah menjadi kebiasaan di dunia, yakni orang pertama yang menemukan sebuah tempat, baik itu Gua atau lokasi tambang, tempat wisata dan sesuatu yang baru lainnya, maka nama tempat itu menjadi nama orang yang pertama menemukannya.



Penemu Pertama Tambang Emas Bombana
Itu sudah menjadi kebiasaan dimana-mana didunia ini, yakni seseorang penemu pertama sesutu yang baru maka harus dihargai dengan mengabadikan namanya menjadi tempat atau wilayah itu, kata Ny Metty yang telah mendapat penghrgaan dunia atas jasa-jasanya sebagai pekerja Sosial kepada masyarakat tanpa pamrih.
Seperti contoh, kata Mantan istri Kadis Tenaga Kerja Prov Sultra itu bahwa sebuah Gua di Kelurahan Sula\'a, Kecamatan Betoambari orang pertama penemunya adalah bernama Lakasa warga di wilayah itu. Walikota Baubau, MZ Amirul Tamm, memberi penghargaan orang tersebut dengan mengabadikan namanya yakni nama Gua itu disebut Gua Lakasa.
Karena itu seperti halnya juga penemu pertama tambang emas Sungai Tahi Ite, seharusnya nama tempat itu disebut Sungai Tahi Ite Budi. Di Lokasi tambang emas Sungai Tahi Ite tersebut, kini semakin ramai dikunjungi warga pendulang emas yang sudah mencapai puluhan ribu warga dari berbagai daerah di Seluruh Indonesia.
Ny Metty mengatakan, Sultra merupakan salah daerah terkaya di Indonesia. Diantaranya kaya hasil tambang berupa nikel, emas, dan tambang mineral lainnya. Selain itu ada lagi hasil hutan dan kekayaan alam lainnya.


Namun Sultra baru sebatas menyimpan kekayaan alam saja belum bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kendalanya, kata Caleg DPRD Prov.Sultra dari Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) yang bersaing di Dapil-4 itu bahwa ketinggalan daerah itu karena potensi SDA-nya belum dimanfaat secara maksimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masalahnya, Sumbar Daya Manusia (SDM) yang masih rendah.
Selain itu, Ny Metty menilai ada ketimpangan dalam penge lolaan organisasi pemerintahan di Sultra yang tidak profesional. Artinya kepentingan nepotisme dan primordial yang dikedepankan dalam penempatan pejabat di suatu instansi.
Kalau ini tidak disadari, maka tunggu hancur. Sebab salah hadis mengatakan, sesuatu pekerjaan kapan bukan ditangani ahlinya maka tunggu hancurnya kata Ny Metty penerima IDA Award tahun 2000.


Sekian dulu postingan Penemu Pertama Tambang Emas Bombana SULTRA Perlu diabadikan kali ini miners blogger Semoga bermanfaat buat kalian semua
 #salamtambang

Klasifikasi Struktur Batuan Beku

Batuan beku dalam adalah batuan yang terbentuk di dalam bumi; sering disebut batuan beku intrusi. Batuan beku luar adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi; sering disebut batuan beku ekstrusi. Batuan beku hipabisal adalah batuan beku intrusi dekat permukaan, sering disebut batuan beku gang atau batuan beku korok, atau sub volcanic intrusion.


Struktur Batuan Beku



STRUKTUR BATUAN BEKU

Struktur batuan beku dibedakan menjadi batuan beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku:
  1. Masif atau pejal, umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan beku luar yang cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur masif.
  2. Berlapis, terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang berbeda pada saat pembekuan.
  3. Vesikuler, yaitu struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat pendinginan. Struktur ini sangat khas terbentuk pada batuan beku luar. Namun pada batuan beku intrusi dekat permukaan struktur vesikuler ini kadang-kadang juga dijumpai. Bentuk lubang sangat beragam, ada yang berupa lingkaran atau membulat, elip, dan meruncing atau menyudut, demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler berbentuk melingkar umumnya terjadi pada batuan beku luar yang berasal dari lava relatif encer dan tidak mengalir cepat. Vesikuler bentuk elip menunjukkan lava encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elip sejajar arah sumber dan aliran. Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental.
  4. Struktur skoria (scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler berbentuk membulat atau elip, rapat sekali sehingga berbentuk seperti rumah lebah.
  5. Struktur batuapung (pumiceous structure) adalah struktur vesikuler dimana di dalam lubang terdapat serat-serat kaca.
  6. Struktur amigdaloid (amygdaloidal structure) adalah struktur vesikuler yang telah terisi oleh mineral-mineral asing atau sekunder.
  7. Struktur aliran (flow structure), adalah struktur dimana kristal berbentuk prismatik panjang memperlihatkan penjajaran dan aliran.
Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh setangan (hand specimen) di laboratorium. Sedangkan struktur batuan beku dalam lingkup lebih besar, yang dapat menunjukkan hubungan dengan batuan di sekitarnya, seperti dike (retas), sill, volcanic neck, kubah lava, aliran lava dan lain-lain hanya dapat diamati di lapangan.


Batuan Beku Dalam

Batuan beku dalam (intrusif atau batuan beku plutonik) merupakan batuan beku yang terbentuk akibat proses pembekuan magma yang tidak berhasil ke luar menuju permukaan bumi dan yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama.
Berikut jenis-jenis batuan beku dalam:


1. Jenis Batuan : Batuan beku dalam(intermediet)
Nama Batuan : Diorit
Warna : Coklat bercak hitam

2.Jenis Batuan : Batuan beku dalam(basa)
Nama Batuan : Dunit
Warna : Coklat keabuan

3.Jenis Batuan : Batuan beku dalam(asam)
Nama Batuan : Granit
Warna : Putih kebuan

4.Jenis Batuan : Batuan beku dalam(intermediet)
Nama Batuan : Granodiorit
Warna : Putih kecoklatan

5.Jenis Batuan : Batuan beku dalam(asam)
Nama Batuan : Sienit
Warna : Abu-abu bercak hitam



Batuan Beku Luar

Batuan beku luar (ekstrusif) adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut.
Berikut jenis-jenis batuan beku luar :

1.Jenis Batuan : Batuan beku luar(basa)
Nama Batuan : Basalt
Warna : Hitam

2.Jenis Batuan : Batuan beku luar(basa)
Nama Batuan : Diabase
Warna : Abu abu

3.Jenis Batuan : Batuan beku luar(intermediet)
Nama Batuan : Andesit
Warna : Hitam bercak putih

4.Jenis Batuan : Batuan beku luar(asam)
Nama Batuan : Zeolit
Warna : Coklat


Sekian dulu postingan Klasifikasi Struktur Batuan Beku kali ini miners blogger 
Semoga bermanfaat buat kalian semua 
#salamtambang